'/> Contoh Pidato Puasa Ramadhan Momen Pengendalian Diri

Info Populer 2022

Contoh Pidato Puasa Ramadhan Momen Pengendalian Diri

Contoh Pidato Puasa Ramadhan Momen Pengendalian Diri
Contoh Pidato Puasa Ramadhan Momen Pengendalian Diri
CONTOH PIDATO PUASA RAMADHAN -Sungguh suatu kebahagiaan dan anugerah yang agung dari Allah SWT, yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan suci Ramadhan.Bulan yang penuh hikmah, berkah dan maghfiroh. Marhaban ya Romadhan, Marhaban ya syahrasshiyam, I love you full.

Pada bulan Ramadhan yang mulia ini, semua umat Islam khususnya orang-orang yang beriman menerima ajakan dari Allah SWT, untuk menjalankan salah satu kewajiban beribadah, yaitu puasa Ramadhan selama satu bulan, sebagai manifestasi keIslaman seseorang untuk menjalankan rukun Islam yang ke empat.Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur`an surah Al-Baqarah ayat 183 :

“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan untukmu berpuasa, sebagaimana telah di wajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, biar kau bertaqwa.”

Abdullah Bin Mas`ud sahabat Nabi, sekaligus mahir tafsir yang terkenal, menyampaikan bahwa: “Apabila suatu ayat di mulai dengan panggilan “ “ Hai orang-orang yang beriman”. niscaya mengandung perintah, larangan, atau peringatan yang sangat penting.Karena yang bersedia dan sanggup memikul serta menjunjung tinggi perintah Allah itu hanya orang-orang yang beriman”.Potensi inilah yang akan menghantarkan insan lebih unggul dari makhluk lainnya.Senantiasa menjalankan perintahNya, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Abdullah Bin Mas`ud sahabat Nabi, sekaligus mahir tafsir yang terkenal, menyampaikan bahwa: “Apabila suatu ayat di mulai dengan panggilan “ “ Hai orang-orang yang beriman”. niscaya mengandung perintah, larangan, atau peringatan yang sangat penting.Karena yang bersedia dan sanggup memikul serta menjunjung tinggi perintah Allah itu hanya orang-orang yang beriman”.Potensi inilah yang akan menghantarkan insan lebih unggul dari makhluk lainnya.Senantiasa menjalankan perintahNya, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Puasa secara bahasa berarti shoum, yang artinya “menahan”.Sedangkan berdasarkan pengertian syar`i : puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang sanggup membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.Sejarah telah menunjukan bahwa puasa Romadhan telah di syari`atkan mulai tahun ke-2 Hijriyyah, yang berarti Nabi Muhammad SAW telah melaksanakannya sembilan kali.

Banyak sekali nasihat yang sanggup kita petik dari keistimewaan bulan suci Ramadhan ini, di antaranya yakni :

Pada bulan ini, Allah SWT membuka pintu surga, menutup pintu neraka, dan membelenggu para syaithon.Dengan demikian kaum muslimin diberi kesempatan bederma shaleh sebanyak-banyaknya.Mengapa demikian?...Kerena amalan sunnah pada bulan ini pahalanya mirip ibadah wajib, dan amalan wajib pahalanya di lipatgandakan mejadi 700 kali lipat bahkan lebih.”Subhanallah”.

Sungguh ironis, manakala pintu nirwana yang terang terbuka lebar, sementara ia “enjoy aja” tidak merespon dan berusaha, bagaimana sanggup masuk ke dalamnya.Namun yang lebih ironis lagi, manakala pintu neraka yang terang di tutup rapat, justru ia sengaja mengetuk dan ingin masuk ke dalamnya.Sengaja tidak berpuasa, menuruti hawa nafsu dan melaksanakan maksiat semaunya.Na`udzubillahi min dzalik tsumma na`udzubillah.

Bulan Ramadhan yakni bulan perjuangan.Yaitu berjuang melawan dan mengendalikan hawa nafsu, baik nafsu ammarah maupun nafsu lawwamah, dalam rangka mencapai derajat nafsu muthmainnah.

Suatu hari dalam sebuah perjalanan pulang, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Kita gres saja pulang dari jihad kecil, dan sekarang akan menghadapi jihad akbar.” Sahabat bertanya.”Apakah jihad akbar itu ya Rasulallah?...Beliau menjawab.”Jihad melawan hawa nafsu.”(yaitu puasa bulan Ramadhan)

Para ulama menyampaikan bahwa nafsu merupakan pangkal dari semua kejahatan, dan pangkal perbuatan untuk mendurhakai perintah Allah.Karena nafsu merupakan kendaraan VIVnya syaiton, dalam misi utamanya melumpuhkan keimanan dan menyesatkan manusia. Yang endingnya ingin menggiring dan mentransfer insan ke dalam jurang neraka.Na`udzubillahi minassyaithonirrojim.

Al-Bushiri, seorang sufi, pengarang Qashidah Burdah mengibaratkan nafsu bagaikan seorang bayi, jikalau terus di susui tanpa di sapih ia akan terus bergantung pada ASI ibunya.Tetapi jikalau bayi itu di sapih, maka ia akan tumbuh sehat tanpa bergantung pada ibunya lagi.Hal ini memperlihatkan sinyalemen kepada kita, bahwa manakala nafsu selalu diberi kesempatan, maka ia akan semakin manja, bahkan berani menentang hukum Agama, bahkan menghalalkan segala cara demi menuruti hawa nafsunya.

Bulan Romadhan yakni “kawah condrodimuko”, momen yang sangat sempurna untuk mengadakan gemblengan rohani dan melatih diri, dalam upaya mengendalikan nafsu yang senantiasa di jadikan sarana oleh syaithon menyelinap “bagaikan musuh dalam selimut”.Sesuai dari inti ibadah puasa yakni pengendalian diri, pengendalian diri membutuhkan perjuangan, usaha membutuhkan pengorbanan dan kesabaran. 


Semoga kita senantiasa di bimbing oleh Allah SWT, untuk meraih hakikat Romadhan kali ini dengan khusuk, dan penuh kesabaran, serta sanggup menghiasi diri dengan keutamaan-keutamaannya, yang muaranya yakni sanggup meraih predikat ”Muttaqin”, sebagai bekal menata dan membentengi diri dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.Amin Ya Robbal `Alamin. 


Demikian pidato mengenai puasa ramadhan yang sanggup aku uraikan, terimakasih atas segala perhatian, mohon ma`af atas segala kekurangan.
Advertisement

Iklan Sidebar